Cerdas bahasa cerdas komunikasi. Kecerdasan dalam berbahasa
penting sekali dimiliki setiap orang pada jaman sekarang ini, begitu juga
dengan kecerdasan dalam berkomunikasi. Apalagi pada jaman sekarang bahasa yang
kurang baku (bahasa gaul) sudah menjadi santapan sehari-hari di kalangan
remaja.
Kecerdasan dalam
berbahasa, terutama dalam berbahasa Indonesia merupakan hard skill. Hard
skill ialah pengetahuan yang bisa diidentifikasi secara cepat atau dalam
waktu yang relatif singkat, seperti melalui test pengetahuan. Melalui test
pengetahuan, kecerdasan seseorang tentang pengetahuan atau hard skill
seseorang akan segera diketahui.
Dalam hard
skill ada kompetensi (competence) dan performansi (performance).
Kompetensi ialah kemampuan teoritis seseorang tentang sistem bahasa, sedangkan
performansi ialah kinerja atau prestasi seseorang dalam menggunakan bahasa.
Dari performansi
bisa ditentukan berada di tingkatan mana atau ada di tingkat profisiensi mana seseorang
berada. Ada tingkat novice, intermediete, advance, dan superior.
Pada level novice atau tingkat pemula terdapat 3 sub-tingkatan , yakni low
novice, medium novice, dan high novice. Seseorang berada di tingkat novice
jika mempunyai ciri-ciri: adanya pengulangan dalam berucap, adanya jeda
panjang, adanya interferensi (pencampuran) bahasa pertama, serta mampu mengungkapkan
narasi dan deskripsi secara garis besar.
Tingkatan yang
kedua ialah tingkat intermediate atau tingkat menengah. Ada 3
sub-tingkat dalam tingkat intermediate, yakni low intermediate,
medium intermediate, dan high intermediate. Seseorang berada di
tingkat intermediate jika mempunyai ciri-ciri : masih adanya pengulangan
dan jeda panjang dalam berucap, adanya perjuangan berat dalam bertanya jawab,
adanya gejala mengatasi kesulitan, dan mampu mengungkapkan narasi dan deskripsi
tidak hanya garis besarnya saja, tapi mampu mengungkapkannya secara detail
atau merinci.
Tingkatan yang ketiga ialah tingkat advance
atau tingkatan yang mengalami kenaikan. Ada 2 sub-tingkat dalam tingkat advance,
yakni ordinary advance atau advance biasa dan advance plus.
Seseorang berada pada tingkat advance jika mempunyai ciri-ciri: lancar
dalam berucap dan mampu mengatasi kesulitan, meskipun sekali-sekali ada jeda,
adanya sikap senang dan percaya diri dalam berucap, adanya peningkatan profisiensi
yang jelas, dan mampu mengungkapkan narasi dan deskripsi yang detail
atau rinci.
Tingkat yang
terakhir dalam profisiensi hard skill ini, adalah tingkat superior.
Seseorang berada pada tingkat superior jika mempunyai ciri-ciri : mampu
berdebat dengan bahasa yang baik dan benar, mampu memainkan strategi
komunikatif untuk meningkatkan keefektifan dalam berkomunikasi, seperti
penggunaan slogan, peribahasa, kiasan, struktur paralel, parafrasa, dan lain
sebagainya, atau disebut juga eloquent language, bahasa yang fasih.
Kecerdasan dalam
berkomunikasi. Kecerdasan dalam berkomunikasi sangat erat kaitannya dengan communication
inteligence quotion atau communication quotion. Jika kecerdasan
dalam berbahasa merupakan hard skill, kecerdasan dalam berkomunikasi
merupakan soft skill. Soft skill ialah kemampuan seseorang yang
tidak bisa diidentifikasi secara cepat. Soft skill seseorang tidak bisa
diidentifikasi secara cepat, dengan kata lain, butuh waktu untuk mengetahui soft
skill seseorang.
Kecerdasan dalam
berkomunikasi tidak kalah penting dengan kecerdasan dalam berbahasa, bahkan
beberapa perusahaan lebih mengutamakan karyawannya yang mempunyai kecerdasan
dalam berkomunikasi atau soft skill dibanding kecerdasan dalam berbahasa
atau hard skill.
Ilustrasinya
ialah survey yang dilakukan oleh National Association of College and
Employee ((NACE), USA pada tahun 2002, kepada 457 pemimpin, tentang 20 kualitas penting
seorang juara. Hasilnya berturut-turut adalah kemampuan komunikasi,
kejujuran/integritas, kemampuan bekerja sama, kemampuan interpersonal,
beretika, motivasi/inisiatif, kemampuan beradaptasi, daya analitik, kemampuan
komputer, kemampuan berorganisasi, berorientasi pada detail, kepemimpinan,
kepercayaan diri, ramah, sopan, bijaksana, indeks prestasi (IP ≥ 3,00),
kreatif, humoris, dan kemampuan berwirausaha.
IP yang kerap dinilai
sebagai bukti kehebatan mahasiswa, tetapi dalam indikator seorang juara diatas,
malah meneempati posisi hampir buncit, yakni nomor 17. Nomor-nomor yang
menempati peringkat atas, malah kerap disangka syarat basa-basi dalam iklan
lowongan kerja. Padahal, kualitas seperti itu benar-benar dibutuhkan oleh
perusahaan.
Ilustrasi
lain yang menunjukan pentingnya soft skill ialah survey yang dilakukan oleh Institut
Teknologi Carnegie. Institut Teknologi Carnegie pernah melakukan survey
terhadap 10.000 jagoan. Hasilnya, hanya 15 persen yang sukses berkat latihan
teknik, otak dan ketrampilan dalam menekuni pekerjaan dan profesi yang
digelutinya, sementara 85 persen sisanya sukses karena faktor kepribadian dan
kemampuan untuk berurusan dengan orang lain secara sukses.
Lalu, hasil penelitian Dr. Albert Edward
Wiggam, pengasuh rubrik “Mari Kita Jelajahi Pikiran Anda” di salah satu
media terkemuka di Amerika, dari 4.000 orang yang kehilangan pekerjaan (di-PHK)
dalam setahun, hanya 10 persen yang di-PHK karena tidak bisa melakukan teknis
pekerjaan. Sisanya, 90 persen, kehilangan pekerjaan karena mereka tidak mampu
mengembangkan kepribadian yang memungkinkan mereka bisa berurusan dengan orang
lain secara sukses.
Pustaka :
Mulyono, Iyo. 2011. Cerdas
Bahasa Cerdas Komunikasi : Bahasa Indonesia Baku dan Problematiknya.
Bandung. CV YRAMA WIDYA.