6/13/2013

Sekolah Tinggi Bahasa Asing YAPARI-ABA

            STBA adalah perguruan tinggi swasta yang memiliki fokus pada studi bahasa asing: bahasa Inggris, Prancis, Jerman, dan Jepang, baik untuk program S1 (semua jurusan) maupun D3 (Inggris dan Jepang), dengan status yang terakreditasi oleh BAN-PT. Bila ada yang membutuhkan informasi lebih lanjut tentang kami, silahkan masuk ke halaman kontak dan sampaikan pesan anda melalui beberapa sarana komunikasi yang ada. 

Bahasa adalah mata untuk memandang dunia

Cerdas Bahasa
Cerdas Komunikasi

Keandalan Berbahasa Asing, Pengetahuan Budaya Pariwisata, Penguasaan Aplikasi Komputer, dan Administrasi Perkantoran, Modal utama dalam berkompetisi di era globalisasi. 

Perlunya Memahami Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UUITE)

         Salah satu yang larangan dalam UU ITE. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanan.

Selengkapnya : UU ITE

Esai : Cerdas Bahasa Cerdas Komunikasi



       Cerdas bahasa cerdas komunikasi. Kecerdasan dalam berbahasa penting sekali dimiliki setiap orang pada jaman sekarang ini, begitu juga dengan kecerdasan dalam berkomunikasi. Apalagi pada jaman sekarang bahasa yang kurang baku (bahasa gaul) sudah menjadi santapan sehari-hari di kalangan remaja.

        Kecerdasan dalam berbahasa, terutama dalam berbahasa Indonesia merupakan hard skill. Hard skill ialah pengetahuan yang bisa diidentifikasi secara cepat atau dalam waktu yang relatif singkat, seperti melalui test pengetahuan. Melalui test pengetahuan, kecerdasan seseorang tentang pengetahuan atau hard skill seseorang akan segera diketahui.

        Dalam hard skill ada kompetensi (competence) dan performansi (performance). Kompetensi ialah kemampuan teoritis seseorang tentang sistem bahasa, sedangkan performansi ialah kinerja atau prestasi seseorang dalam menggunakan bahasa.

        Dari performansi bisa ditentukan berada di tingkatan mana atau ada di tingkat profisiensi mana seseorang berada. Ada tingkat novice, intermediete, advance, dan superior. Pada level novice atau tingkat pemula terdapat 3 sub-tingkatan , yakni low novice, medium novice, dan high novice. Seseorang berada di tingkat novice jika mempunyai ciri-ciri: adanya pengulangan dalam berucap, adanya jeda panjang, adanya interferensi (pencampuran) bahasa pertama, serta mampu mengungkapkan narasi dan deskripsi secara garis besar.

        Tingkatan yang kedua ialah tingkat intermediate atau tingkat menengah. Ada 3 sub-tingkat dalam tingkat intermediate, yakni low intermediate, medium intermediate, dan high intermediate. Seseorang berada di tingkat intermediate jika mempunyai ciri-ciri­ : masih adanya pengulangan dan jeda panjang dalam berucap, adanya perjuangan berat dalam bertanya jawab, adanya gejala mengatasi kesulitan, dan mampu mengungkapkan narasi dan deskripsi tidak hanya garis besarnya saja, tapi mampu mengungkapkannya secara detail atau merinci.

Tingkatan yang ketiga ialah tingkat advance atau tingkatan yang mengalami kenaikan. Ada 2 sub-tingkat dalam tingkat advance, yakni ordinary advance atau advance biasa dan advance plus. Seseorang berada pada tingkat advance jika mempunyai ciri-ciri: lancar dalam berucap dan mampu mengatasi kesulitan, meskipun sekali-sekali ada jeda, adanya sikap senang dan percaya diri dalam berucap, adanya peningkatan profisiensi yang jelas, dan mampu mengungkapkan narasi dan deskripsi yang detail atau rinci.
       
        Tingkat yang terakhir dalam profisiensi hard skill ini, adalah tingkat superior. Seseorang berada pada tingkat superior jika mempunyai ciri-ciri : mampu berdebat dengan bahasa yang baik dan benar, mampu memainkan strategi komunikatif untuk meningkatkan keefektifan dalam berkomunikasi, seperti penggunaan slogan, peribahasa, kiasan, struktur paralel, parafrasa, dan lain sebagainya, atau disebut juga eloquent language, bahasa yang fasih.

        Kecerdasan dalam berkomunikasi. Kecerdasan dalam berkomunikasi sangat erat kaitannya dengan communication inteligence quotion atau communication quotion. Jika kecerdasan dalam berbahasa merupakan hard skill, kecerdasan dalam berkomunikasi merupakan soft skill. Soft skill ialah kemampuan seseorang yang tidak bisa diidentifikasi secara cepat. Soft skill seseorang tidak bisa diidentifikasi secara cepat, dengan kata lain, butuh waktu untuk mengetahui soft skill seseorang.

        Kecerdasan dalam berkomunikasi tidak kalah penting dengan kecerdasan dalam berbahasa, bahkan beberapa perusahaan lebih mengutamakan karyawannya yang mempunyai kecerdasan dalam berkomunikasi atau soft skill dibanding kecerdasan dalam berbahasa atau hard skill.

        Ilustrasinya ialah survey yang dilakukan oleh National Association of College and Employee ((NACE), USA pada tahun 2002, kepada 457 pemimpin, tentang 20 kualitas penting seorang juara. Hasilnya berturut-turut adalah kemampuan komunikasi, kejujuran/integritas, kemampuan bekerja sama, kemampuan interpersonal, beretika, motivasi/inisiatif, kemampuan beradaptasi, daya analitik, kemampuan komputer, kemampuan berorganisasi, berorientasi pada detail, kepemimpinan, kepercayaan diri, ramah, sopan, bijaksana, indeks prestasi (IP ≥ 3,00), kreatif, humoris, dan kemampuan berwirausaha.

        IP yang kerap dinilai sebagai bukti kehebatan mahasiswa, tetapi dalam indikator seorang juara diatas, malah meneempati posisi hampir buncit, yakni nomor 17. Nomor-nomor yang menempati peringkat atas, malah kerap disangka syarat basa-basi dalam iklan lowongan kerja. Padahal, kualitas seperti itu benar-benar dibutuhkan oleh perusahaan.

       Ilustrasi lain yang menunjukan pentingnya soft skill  ialah survey yang dilakukan oleh Institut Teknologi Carnegie. Institut Teknologi Carnegie pernah melakukan survey terhadap 10.000 jagoan. Hasilnya, hanya 15 persen yang sukses berkat latihan teknik, otak dan ketrampilan dalam menekuni pekerjaan dan profesi yang digelutinya, sementara 85 persen sisanya sukses karena faktor kepribadian dan kemampuan untuk berurusan dengan orang lain secara sukses.

Lalu, hasil penelitian Dr. Albert Edward Wiggam, pengasuh rubrik “Mari Kita Jelajahi Pikiran Anda” di salah satu media terkemuka di Amerika, dari 4.000 orang yang kehilangan pekerjaan (di-PHK) dalam setahun, hanya 10 persen yang di-PHK karena tidak bisa melakukan teknis pekerjaan. Sisanya, 90 persen, kehilangan pekerjaan karena mereka tidak mampu mengembangkan kepribadian yang memungkinkan mereka bisa berurusan dengan orang lain secara sukses.

Pustaka :

Mulyono, Iyo. 2011. Cerdas Bahasa Cerdas Komunikasi : Bahasa Indonesia Baku dan Problematiknya. Bandung. CV YRAMA WIDYA.